Ekspresi diri
Aku selalu menunggu kedatangan mu setiap hari, namun kau tak kunjung datang. Jangankan untuk datang, untuk bertengok saja enggan kau lakukan. Terkadang aku bingung, masih pantas kah kau untuk ku tunggu? Namun aku segera menghapus pemikiran kasar-ku itu jauh - jauh. Karena aku tahu, aku sangat mencintaimu. Aku pun tak punya alasan untuk meninggalkanmu. Aku bahkan tak berniat untuk membunuh semua khayal-ku tentang-mu.
Kau tahu? Aku tak mungkin melepaskanmu begitu saja. Mungkin kata 'melepaskan' bukan kata yang tepat akan keadaan kita. Keadaan dimana aku mengagumimu, memujamu dan mencintaimu tetapi kau tak melakukan atau bahkan merasakan hal yang sama.
Aku telah memendam ini sejak satu tahun lebih lamanya. Aku memilih untuk menjadikan-mu sebagai penguasa hati yang rapuh ini. Tidak kah kau berikir, sebelum aku menyandarkan perasaanku ini, pikiran gilaku telah bertikai keras dengan hati yang lemah bak tanda - tanda perang dunia didepan mata.
Awalnya aku tak bermaksud jatuh cinta pada-mu, namun ini semua terjadi. Akupun tau, kau tak bermaksud untuk menyakitiku, tapi pada kenyataannya kau melakukan itu.
Janganlah kau tanya, mengapa aku memutuskan untuk memilih dirimu, karena butuh ber-pak pena dan ber-rim kertas untuk menjawab itu semua, bahkan 26 huruf abjad pun tidak cukup jelas untuk mengungkapkan itu. Dan, jangan kau tanya mengapa aku masih tetap bertahan disini untuk setia menantimu, karena aku pikir tak perlu alasan untuk setia kepada orang sedingin kamu.
Aku tak tahu diri.
Ya, mungkin itu kata - kata yang pantas untuk ku. Aku tak peduli dengan sikap dingin mu itu! Aku bahkan tak menuntut agar supaya kau membuka hati yang kau gembok dan kau sendiri menghilangkan kunci hatimu itu sehingga mustahil untuk dibuka! Aku telah menjadi seorang yang egois dan rakus akan cinta yang memusnahkan akal sehatku! Sekali lagi ku katakan bahwa AKU TAK PEDULI!
Kau.
Jangan pernah mengganggu ketenangan batinku, yang sedang menunggumu ini. Batinku yang kadang ingin menjerit melihatmu karib dengan teman perempuanmu itu. Batinku yang kadang kau buat bahagia bukan kepalang.
Kau tak berhak untuk membuatku menjauh. Bersikaplah adil! Aku hanya ingin kau berbincang denganku seperti kau berbincang dengan teman perempuan-mu itu. Aku tahu, kau tak bermaksud untuk membuat api dalam tubuhku terbangun, kau bahkan tak peduli apa - apa tentang ku, kau tak tahu apa - apa tentang perasaan ini.
Namun aku sadar, itulah resiko yang aku tanggung dan selalu aku tanggung demi memperjuangkan hati kerdilku ini. Dan aku masih tetap dan selalu akan tetap menjadikanmu penguasa hati yang awam ini.
Ditulis oleh: Annisa Alfath
(Kelas XI IIS-3, SMAN 1KAB. TANGERANG)
Komentar
Posting Komentar